Sabtu, 26 Mei 2012

Kepada Koin




menegakkan hukum
ternyata butuh biaya
beratus-ratus juta

mencari keadilan
ternyata melelahkan
dan perlu uang
beratus-ratus juta

tapi rakyat sudah melek hukum
tanpa ketukan palu hakim
mereka sudah tahu
siapa yang benar
siapa yang butuh uang
beratus-ratus juta

“okelah kalau begitu”
kata warteg boys
dan rakyat tahu
dewi keadilan sudah tak tahu malu
ia tak hanya menggenggam pedang
tapi sudah tahu uang
beratus-ratus juta

koin-koin dikumpulkan
uang recehan dihimpun
orang-orang kecil
yang sering ditelikung pengadilan korup
bah!

kini beratus-ratus juta
uang recehan itu siap dilemparkan
ke muka hakim


Argo Lawu, Yogya-Jakarta, 10 Desember 2009
Asep Sambodja

TITAH


Kutitipkan tanah ini padamu
dan ayat yang menyertainya
tatkala cahaya menampikkan
Aku tahu
yang kau tak tahu

selami ayatKu
dan dayung perahu itu
hingga sempurna keseluruhan samudra

ingatlah pendengarnanmu,
tatapanmu dan hatimu.
sungguh Aku tahu
angka-angka yang tak terbaca olehmu

Putri Narita Pangestuti
Semarang, 13/02/2010

YANG ADA DAN TIADA

tak ada yang mampu menyamai
yang paling tiada, kecuali
yang paling ada

karena yang paling ada
ialah
yang paling tiada
ia tak berawal
tak berakhir

Putri Narita Pangestuti
12 Februari 2010

Jumat, 25 Mei 2012

kehilangan

Perasaanku…
Bagaikan api yang mengamuk

Hatiku…
Bagaikan tangan yang terpasung

Ku coba untuk tegar
Tapi, hatiku slalu memberontak
Tak ada prtemuan yang abadi
Semua berujung perpisahan

Namun aku yakin
Aku dan kamu akan selalu bersama
Cintamu akan abadi di hatiku untuk selamanya
Biarkan cintaku mengalir apadanya

( Puisi ini karya : Ayu Rahayu Putri )

Jumat, 18 Mei 2012

KISAH ANGIN


aku mendengar kisah angin
dan mendapati abu-abu dirimu

angin kuat menyusu
hingga bayimu terlalu lemah untuk itu

ingatkah kau saat buih merayumu
dan kabarkan bau amis sungai itu?
langit telah berkata
tak ada lagi yang berani
berkisah tentang surya

angin masih lekat di dadamu
sedang wajah anakmu
selalu mengabu
dalam jeritan tinta
di buku-buku itu

Putri Narita Pangestuti

PERAHU ASING


perahuku menjelma dari kulit suara
mengangkut biji wicara
dari lautan makna
tertitah dari zat yang Maha Menatap

mendayung
aku membawanya pada lautan jiwa

orang menatapnya sebelah mata
sebagian lagi bertutur cela
ada juga yang menutup rapat telinga
asyik berakrobat dengan dayung-dayung
dan balok suara mereka

perahuku dicela tak berharga
dan aku dianggapnya pemantra gila

sedang perahukulah
yang bisa sampai berlabuh pada dermaga surya

Putri Narita Pangestuti

ALAN CAHAYA


jiwaku memanjat tebing sunyi
mencari celah dari gelak tawa dunia
seperti air meresap-resap
tiada mampu membendungnya

jiwa kecilku
tak henti bernada
terus melesat
menyempurna pada keagungannya

aku mengira inilah jalan cahaya
dibendung tak limbung
diterjang tak karam

jalan cahaya ada dalam rahasia
memanjat sulbi-sulbi jiwa
yang menanam biji bunga seroja

Putri Narita Pangestuti
12 Februari 2010